Ngahmeen

Me and My Wife
Minggu, 05 April 2015
SEJARAH MASUKNYA AGAMA ISLAM KE TANAH MELAYU JAMBI
Sejarah Masuknya Agama Islam Di Jambi
syekhakbartanjung 25 Januari 2014 Tak Berkategori
jambi tempo duluSejarah Masuknya Agama Islam di Jambi
Kapan tahun yang pasti, siapa pembawanya dan darimana asalnya masih perlu dikaji. Akan tetapi berdasarkan “Seminar Masuknya Islam ke Jambi” yang diselenggarakan di Jambi pada tanggal 11 s/d 14 Oktober 1984 menyimpulkan bahwa Islam telah masuk ke Jambi pada abad 1 H. Berbagai alasan yang diketengahkan seminar yang diyakini dapat dipertanggungjawabkan berupa informasi yang diperoleh dari berbagai buku dan catatan yang ditulis para ahli sejarah antara lain sebagai berikut :
1) Menurut penjelasan H. Agus Salim bahwa didasarkan bukti sejarah setidaknya orang Sumatera sudah dapat berkenalan dengan orang-orang Islam berbangsa Arab yang ada di Tiongkok, karena perjalanan laut dari Arab ke Tiongkok melalui Sumatera dan mesti disinggahi setidaknya untuk membeli perbekalan. Sedangkan hubungan dagang antara Arab dan Tiongkok tersebut, terjadi pada zaman kebesaran Khalifah dalam Abad II Hijriah.
2) Drs. M. D. Masnur cs dalam bukunya “Sejarah Minang Kabau” menulis bahwa :
a) Di dalam berita-berita Cina ada disebutkan “San Fo Tsi” sebagai Bandar yang sering dikunjungi oleh saudagar Cina dan Arab untuk membeli lada. Fonetis kata “San Fo Tsi” dekat sekali dengan bunyi kata Tembesi pusat penjualan lada Jambi yang terkenal ke seluruh dunia. Bandar utama dari kerajaan Sriwijaya yang pernah menguasai Jambi pada Abad VII-VIII M adalah Muara Sabak, yang dalam pemberitaan Cina disebut “Zabaq” dan Sriwijaya disebut “Cheli Poche”. Dalam Abad VII M, saudagar, nahkoda, dan pendeta Cina serta orang Arab telah sampai ke Minang Kabau Timur. Saudagar dan Nahkoda Arab datang dari Teluk Persia yang telah menganut Agama Islam telah sampai ke Minang Kabau Timur yang ketika itu masih menganut Agama Budha Hinayana. Saudagar Arab itu, di samping berdagang melakukan pula dakwah Islam sehingga anak negeri Melayu di Pantai yang disinggahi menganut Agama Islam.
b) Mu’awiyah (661-630) menjadi khalifah pertama Bani Umayyah, berusaha keras menguasai perdagangan lada supaya supply komoditi dagang penting itu tidak terlampau tergantung pada China. Bandar-bandar perdagangan khalifah Umayyah di Teluk Persia telah mengadakan hubungan dagang dengan Minang Kabau Timur. Melalui perdagangan-perdagangan tersebut, Mu’awiyah mengirim surat kepada Raja Sriwijaya/Jambi, Sri Maharaja Lokitawarman (berkedudukan di Muara Sabak) mengajaknya masuk Islam dan mengadakan hubungan dagang langsung dengan Damsyik (Damaskus). Pengganti Maharaja Lokitawarman memeluk agama Islam.
c) Korespondensi antara raja Sriwijaya/Jambi dengan Khalifah Bani Umayyah Umar Bin A. Aziz (717-720 M), yang menurut sumber berada di Museum Spanyol di Madrid membuktikan bahwa Agama Islam telah masuk ke Bandar Utama Kerajaan Sriwijaya/Jambi, yaitu Muara Sabak sejak VII M. Dan pada permulaan abad VII M telah ada Raja Jambi (pengganti Maharaja Lokitawarman pada tahun 768 M) yang menganut Agama Islam. Setelah itu dakwah Islam terhenti dan akhirnya hilang lenyap akibat adanya counter action dari Cina yang merasa kepentingan ekonominya di Minang Kabau Timur terancam oleh Khalifah bani Umayyah.
3) Prasasti penguasa Sriwijaya (Hindu) yang menguasai Jambi (Abad VII-VIII M) yang terdapat di Desa Karang Berahi (Kab. Merangin) tertulis tahun 692 Saka (770 M) berisi ancaman kepada penganut Islam yang dituduh menghilangkan beberapa buah patung yang menjadi pujaan Hindu dan di antaranya ada yang dipotong kepalanya.
Dari uraian-uraian tersebut jelaslah bahwa agama Islam telah memasuki daerah Jambi dan telah ada orang Jambi yang menganutnya. Tetapi dapat diperkirakan bahwa ajaran Islam yang disampaikannya “tersambil” oleh orang mualim yang tujuan utamanya mengadakan perdagangan ke Jambi, belum mendalam dan meluas substansinya. Karena itu sejak dari masuknya Islam sampai menjelang berkuasanya Ahmad Salim, maka sisa-sisa pengaruh Agama Budha dan Hindu masih mewarnai adat Jambi bercampur dengan pengaruh Agama Islam. pada dekade ini pun, Islam belum berkembang menyebar ke pelosok karena berhadapan dengan kekuasaan Sriwijaya yang Rajanya menganut Agama Hindu pada Abad VII-VIII M. Tetapi pada prasasti Karang Berahi seperti dikemukakan, menyimpulkan bahwa terjadi pemberontakan orang Islam terhadap kekuasaan Hindu dengan secara berani menghancurkan patung Hindu.
Menurut penuturan “Tuo-tuo tengganai” di Teluk Kecimbung bahwa tentara Sriwijaya yang masuk ke daerah Sarko (Sarolangun Bangko) dan menulis prasasti itu datang dari Palembang dan beragama Hindu, sehingga ketika mereka masuk rakyat setempat melarikan diri ke Teluk Kecimbung yang sulit dicapai karena dikelilingi sungai. Di seberang desa Teluk Kecimbung, tepatnya dekat Limbur Merangin, ditemui kuburan Islam (yang menurut penduduk adalah kuburan seorang Wali yang hafal Qur’an) dengan nisan kayu yang sudah membatu seperti permata zamrut. Ini juga dapat dijadikan sebagai bukti bahwa di daerah itu (Kab. Merangin) penduduknya sudah menganut Agama Islam. demikian juga di Muara Jambi pada akhir Abad VIII M.
Dari mana agama Islam itu dibawa ke jambi, bermacam-macam teori yang berkembang yang pada pokoknya meliputi tiga teori yaitu :
• Teori Persi
Menyatakan bahwa Islam dibawa dari Persi ke Kepulauan Nusantara
• Teori Gujarat
Menyatakan bahwa Islam dibawa ke Kepulauan Nusantara dari Gujarat (India)
• Teori Mekkah
Menyatakan bahwa Islam dibawa ke Kepulauan Nusantara dari Tanah Arab (Mekkah)
Pada Seminar Masuknya Islam Ke Jambi mendukung teori Mekkah ini, yang menyatakan bahwa Agama Islam masuk ke Jambi dari Arab langsung ke Jambi (Pelabuhan Laut) melalui jalan damai. Dalam perkembangan selanjutnya maka masuknya Islam ke daerah Jambi dari berbagai arah sesuai dengan kedekatan bagian daerah Jambi dengan daerah lain yang juga menyebar agama Islam ke Jambi.
Penyebaran Agama Islam secara intensif, mulai Ahmad Salim memasuki istana Kerajaan Melayu Jambi, khususnya setelah ia kawin dengan Raja Jambi Puteri Selaras Pinang Masak lalu menjadi Raja Jambi. Ahmad Salim lebih dahulu mengajarkan Islam dalam kalangan orang Istana. Dengan dinobatkannya Ahmad Salim menjadi Raja Melayu Jambi, penyebaran Islam ke seluruh pelosok Jambi lebih digalakkan di bawah pimpinannya.
Sumber :
Lembaga Adat Propinsi Jambi, Pokok-Pokok Adat Sepucuk Jambi Sembilan Lurah, 2001
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Semoga Pejuang2 Islam di jambi khususnya deberi derajat yang tinggi oleh Allah di Surga. Amiiiiiin Yarobbal 'Alamin....
BalasHapusWahai anak2 mudo jambi. marilah kito meneruskan perjuangan2 beliau....
MENGHENINGKAN CIPTA DIMULAI...
AL-FATIHAH.....